Harta Karun VOC di Pulau Onrust?

3 Agustus 2008. Minggu pagi itu sekitar pukul 5.30 aku sudah bersiap pergi ke Museum Sejarah di Kota atau jaman dahulu dikenal dengan Stadhuis untuk mengikuti Plesiran Tempoe Doeloe (PTD) yang diselenggarakan oleh Komunitas Sahabat Museum (BatMus), kali ini bertema “Plesiran Tempo Doeloe : Harta Karun VOC di Pulau Onrust?” Rasanya sayang sekali untuk melewatkannya. Sekitar pukul 7 pagi saya sudah sampai di Kota dan melihat antrean panjang para peserta daftar ulang mendapatkan nametag dan snack pagi. Jumlah peserta sepertinya mencapai 300 orang. Narasumber untuk PTD kali ini ada tiga orang yaitu Bapak Dr. Lilie Suratminto (Dosen Sastra Belanda UI), Bapak Alwi Shahab (wartawan senior dan ahli sejarah Jakarta juga), serta E.S. Ito (penulis buku Rahasia Meede).

Ups, saat antri untuk ambil nametag, aku melihat Bapak Alwi Shahab sedang duduk. Wah rasanya tidak sabar meminta tandatangan beliau untuk buku-buku yang aku punya. Setelah itu, ada seseorang yang dikelilingi orang-orang dengan membawa buku Rahasia Meede. Akhirnya aku menyimpulkan kalo orang itu adalah E.S. Ito, dan ternyata benar. Wah, dapat juga deh tandatangan untuk bukunya. Setelah semua peserta melakukan daftar ulang, kami masuk ke halaman belakang Stadhuis melalui pintu samping. Eh itu dia Bapak Alwi Shahab. Akhrinya aku menghampirinya dan mengeluarkan 4 buku yang aku punya untuk ditandatangani beliau. Waah senangnya.

pagi hari antri ambil nametag peserta di halaman Stadhuis (Museum Sejarah Jakarta)


Wuih ternyata pesertanya banyak banget ya :)

Berburu tandatangan E.S. Ito, penulis buku Rahasia Meede

Minta tandatangan untuk buku-bukunya Pak Alwi Shahab.

Acara mulai dibuka di halaman belakang Museum Sejarah. Walaupun aku sebelumnya pernah mengunjungi Museum Sejarah, tapi tetap tidak bosan mendengarkan paparan sejarah yang dikemukakan oleh tiga orang narasumber yang ada. Saat itu ketiga orang narasumber membahas mengenai Pieter Erberveld. Kemudian Pak Lilie menerangkan mengenai tulisan yang terdapat pada monumen Pieter Erberveld yang tersisa dan saat ini ada di salah satu tembok di halaman belakang Museum Sejarah.

Keluar dari Museum Sejarah, kami kembali ke pelataran Stadhuis untuk menuju ke Gedung Dasaad Musin Concern. Pak Alwi Shahab kemudian menjadi narasumber untuk membahas mengenai Gedung Dasaad Musin Concern. Gedung ini terletak di depan Museum Sejarah dan di bagian depannya terhampar Stadhuisplein (Taman Fatahillah). Di samping kiri gedung tersebut terletak Kantor Pos Jakarta Kota, dan bagian kanannya terdapat Kafe Batavia. Tulisan Dasaad Musin Concern terlihat samar pada tembok sebelah kiri dengan huruf kapital. Gedung ini dulunya dimiliki oleh Agus Musin Dasaad, seorang pengusaha Minangkabau kelahiran Filipina. Sekarang, Gedung tersebut merupakan gedung tiga lantai yang tidak terawat dan tidak masuk dalam hitungan cagar budaya. Dengan kondisi menyedihkan tersebut, saat ini hanya satu lantai Gedung ini yang masih berfungsi dan digunakan untuk arena biliar seperti yang terpampang di pintu masuknya.

Gedung Dasaad Musin Concern

Waktu hampir menunjukkan pukul 10 pagi ketika kami meninggalkan Gedung Dasaad Musin Concern untuk kemudian menuju bis yang telah ditentukan dan perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan Muara Kamal dengan dipimpin oleh seorang Kapiten. Perjalanan dari Kota ke Muara Kamal pagi itu dilalui dengan lancar tanpa kemacetan. Di Pelabuhan, kami antri memasuki perahu, dan melanjutkan perjalanan sambil menikmati roti buaya untuk menuju Pulau Onrust yang terletak di Teluk Jakarta (sekitar 14 km dari Pantai Jakarta). Setelah menghabiskan sekitar 30 menit di perahu motor, akhirnya kami berlabuh di Pulau Onrust.

Antri menuju perahu di Muara Kamal

Menuju Pulau Onrust, hmmm...dibagi roti buaya...

Tiba di Pulau Onrust sudah hampir waktu makan siang. Hmmm…makan siangnya ikan bakar. Setelah makan siang, E.S. Ito menjelaskan mengenai novel Rahasia Meede, termasuk sumur yang mengilhaminya sebagai tempat harta karun VOC di Pulau Onrust pada novel tersebut.

Hmm...ikan bakar, makan siang di Pulau Onrust

Setelah itu rombongan dibagi dua dengan mengikuti salah satu narasumber yaitu Pak Lilie dan Pak Alwi. Saat itu aku mengikuti rombongan Pak Lilie untuk mengelilingi Pulau Onrust. Pulau Onrust (bahasa Belanda) dalam bahasa Ingris adalah Unrest artinya “tidak pernah diam”, “tidak tenang”, karena di Pulau ini pada masa VOC mejadi tempat perbaikan kapal dan tempat berlabuhnya kapal-kapal kompeni dari berbagai penjuru Asia dan Afrika, dan juga dari Eropa. Oleh karena itu, pulau ini juga disebut tempat Rendezvous berbagai Kapal Kompeni.

Inikah sumur yang mengilhami harta karun di Pulau Onrust dalam bukunya E.S. Ito "Rahasia Meede?

Saat ini yang tersisa di Pulau Onrust hanyalah reruntuhan bangunan-bangunan jaman dulu, dua buah museum, bangunan bekas rumah dokter, dan warung-warung penjual makanan. Kemudian kami menuju ke pantai sebelah barat laut pulau ini yang hingga kini masih tersisa pemakaman Belanda. Di situ ada makam Maria van de Velde, istri penguasa Pulau Onsrust pada Abad 16 Bastiaan Duran yang meninggal dalam usia 28 tahun. Kabarnya Maria yang cantik ini masih sering menampakkan diri di pulau ini pada malam-malam tertentu. Pada batu nisannya terdapat tulisan dalam bahasa Belanda, yang menurut Pak Lilie jika diterjemahkan kurang lebih seperti ini.

Jenazah Maria Van de Velde
Dimakamkan di sini
Yang patut masih dapat hidup
Bertahun-tahun
Seandainya Tuhan berkehendak
Tetapi ternyata, Jehova (Tuhan)
Telah menghalangi dia dengan kematian
Maria telah pergi,
Maria telah tiada!
Tetapi, tidak! Saya tarik kembali kata itu.
Sebagai yang diucapkan tanpa berpikir
Dan itu dapatlah
Karena ketergesa-gesaanku,
langsung dihukum!
Sekarang baru Maria hidup.
Sekarang ia hidup dengan Tuhannya
Lahir di Amsterdam
Pada anggal 29 Desember 1693
Wafat pada tanggal 19 November
Di Pulau Onrust tahun 1721

Nisan makam Maria Van de Velde di Pulau Onrust

Setelah berkeliling Pulau Onrust, kami pun melanjutkan perjalanan dengan perahu motor menuju Pulau Kelor. Namun sayang, kami tidak berlabuh di Pulau Kelor karena tidak memungkinkan. Namun masih jelas terlihat reruntuhan benteng yang terdapat di Pulau Kelor. Konon dahulu di Pualu tersebt ada rumah tinggal salah seorang mantan Kepala Pulau Onrust. Rumah ini tenggalem karena abrasi laut.

Pulau Kelor yang indah, tapi sayang kami tidak berlabuh di sana

Dari Pulau Kelor, perahu langsung memutar menuju Pulau Bidadari. Sesuai dengan namanya, Pulau ini cantik sekali dengan hamparan pasir putih. Bahkan saat kami mengunjungi Pulau Bidadari, terdapat orang yang sedang melakukan foto Pre-Wedding. Padahal zaman dahulu Pulau ini bernama Pulau Purmerend atau Pulau Sakit karena sejak 1679 digunakan sebagai tempat penampungan orang sakit. Di Pulau Bidadari ini terdapat reruntuhan Benteng Martello Tower.

Benteng Menara Mortello di Pulau Bidadari

Setelah berkeliling Pulau Bidadari, perjalanan dilanjutkan menuju rangkaian pulau terakhir, yaitu Pulau Cipir yang sebenarnya terletak di depan Pulau Onrust. Saat ini di Pulau Cipir hanya tersisa reruntuhan bekas rumah sakit, gereja, dan reruntuhan tempat karantina haji.

Menuju Pulau Cipir

Reruntuhan di Pulau Cipir

"Prasasti" di Pulau Cipir

Tidak terasa, hari telah menunjukkan pukul 5 sore ketika kami meninggalkan Pulau Cipir. Air laut sore itu terlihat sudah mulai pasang. Kami pun kembali menaiki perahu motor yang akan membawa kami kembali ke Pelabuhan Muara Kamal dan kemudian dengan menggunakan bis kembali ke Museum Sejarah di Kota. Sekitar pukul 18.30 semua rombongan tiba kembali di Kota, dan berakhir pulalah PTD hari itu. Hmmm…what a great experience!

Sumber:

  1. Ito, E.S. 2008. Rahasia Meede: Misteri Harta Karun VOC. Bandung : Hikmah Mizan.
  2. Shahab, A. 2004. Betawi: Queen of the East. Jakarta : Republika.
  3. Shahab, A. 2002. Robin Hood Betawi. Jakarta : Republika.
  4. Tulisan Dr. Lilie Suratminto pada lembaran yang dibagikan untuk peserta, Plesiran Tempo Doeloe: Harta Karun VOC di Pulau Onrust?

3 comments:

  1. Very interesting blog and picture. Hai, kenalkan, saya reni. Saya juga ikut ke Pulau Onrust tgl 3 agustus bareng Batmus. Bagus gambar-gambar fotonya.

    Tapi Laisya sepertinya suka ikut kegiatan-kegiatan lain juga ya? seperti 1001 Buku.

    ReplyDelete
  2. Wah salam kenal juga Mbak Reni. Mbak Reni punya blog juga gak? Ooo kalo kegiatan 1001buku baru pernah 1 kali ikutan Mbak.

    ReplyDelete
  3. Ini benar benar blog seperti yang seharusnya.
    Informatif menghibur dan konektif

    salam, Saptono:

    ReplyDelete

Please, leave your comment here. Don't forget to put your name ... Anonymous is not recommended. Thanks :)