Travelers’ Tale (2) : Langkah Kecil di Kuching

Part 1 bisa dibaca di sini :)

Jumat, 23 Januari 2009

Setelah perjalanan semalaman kami merasa lapar. Cari-cari makan di sekitar terminal. Oh ya, jangan bayangin terminalnya sama dengan terminal di Jakarta. Beda jauh. Di sini terminalnya sepi hanya ada deretan loket beberapa perusahaan bis dan satu atau dua bis berjejer di depannya. Kemudian ada beberapa taksi yang menunggu penumpang. Tapi gak ada tuh yang namanya bis kota atau angkot-angkot yang memenuhi terminal. Jadi terminalnya sepi dan lumayan tidak terlalu penuh polusi. Satu hal yang membuat kami senyum-senyum geli (bilang aja ngakak) adalah bahasa Melayu yang digunakan, lucu banget. Misalnya “Dilarang membuang sampah merata-rata” atau toilet umum yang bahasa sononya jadi “Tandas Awam” :D.

Dari terminal kami keluar menyebrang jalan. Di sana ada deretan ruko-ruko dan beberapa tempat makan yang sudah buka. Kami mulai mencari tempat makan. Agak bingung juga sih karena beberapa tempat makan bertuliskan huruf Cina dan memajang merk-merk bir, haduuuhh. Akhirnya kami menemukan tempat makan yang tepat, namanya Café Al Kautzar. Harga makanannya bervariasi mulai dari RM 3,5 (saat itu RM 1 = IDR 3.200), minuman dan cemilan mulai dari RM 1. Karena masih sama-sama daerah Melayu, rasa makanannya gak masalah di lidah.

Selesai sarapan kami menuju jalan berikutnya untuk naik bis ke pusat kota Kuching. Dari info yang aku baca di internet, bis jarang lewat jadi bisa naik taksi dari terminal ke kota. Tapi yaa namanya juga jalan-jalan dengan budget terbatas, kami memilih berhemat. Setelah sebelumnya tanya-tanya ke petugas di loket Damri di terminal, kami jadi tau kalo menunggu bis gak terlalu lama kok dan kami juga tidak terburu-buru. Sekitar 5-10 menit kami menunggu bis, dan akhirnya datang juga. Bisnya kaya bis-bis gede non AC di Jakarta, tapi lebih luas karena seat-nya 2-2 dan lumayan bersih, gak penuh sesak penumpang. Ongkos bis RM 1. Di dalam bis kami mendengar lagu Agnes Monica (hahaha…emang penyanyi Malaysia sepertinya kalah pamor di negerinya sendiri, karena seringkali di jalanan, café, atau toko-toko, kami mendengar lagu-lagu penyanyi Indonesia, pantesan pemerintah Malaysia sempat mengancam peredaran lagu-lagu penyanyi Indonesia disana).

Mulailah perjalanan di bis, jalan-jalan yang dilewati bagus dan lalu lintas ramai lancar (weks kaya traffic report aja). Untuk ukuran kota di “pedalaman” Kalimantan, suasananya bagus banget, tertata rapih. Gak ada kemacetan padahal itu jam orang-orang dalam perjalanan ke kantor. Kebanyakan orang memakai mobil negerinya sendiri, Proton. Satu atau dua orang penumpang naik dan turun bis. Gak berdesak-desakan, bis lengang karena gak ada penumpang berdiri. Setelah sekitar 30 menit bis tiba di “terminal” kota “ (Petra Jaya Transport) yang merupakan daerah pasar kalo di Jakarta dan bersebrangan dengan Masjid Kuching. Hmm…sekali lagi, jangan bayangkan pasar dan terminal dalam kota di Jakarta. Jauh euy.

Nah itu dia, Kuching Divisional Mosque. Salah satu tempat yang kami lihat juga di inet. Berbekal print-an peta dari inet, akhirnya kami tau kalo objek wisata lainnya berada di sekitar sana juga. Dengan backpack yang lumayan berat dan bikin punggung pegal, kami menyusuri jalan menuju Padang Merdeka. Sebuah taman di depan Merdeka Palace Hotel. Taman yang luas, bersih, rapih, tapi sepi. Sepanjang jalan, hanya kami yang berjalan kaki. Mungkin karena orang-orang sudah pada masuk kantor. Aah tapi yang jelas kalo di Jakarta jam segitu, lalu lintas lagi rame-ramenya dengan suara klakson bersautan. Tapi disana semuanya sepi, hening, jalanan tidak menyapa kami dengan ramah. (yee..emangnya jalanan punya mulut untuk berbicara hehehe…)

Kami terus menyusuri jalanan itu sampai tiba di Serawak Museum yang satu komplek dengan Islamic Museum. Kami memilih berkunjung ke Islamic Museum lebih dulu. Eeeh taunya mesti minta ijin dulu ke Serawak Museum buat ambil gambar. Jadi gini, untuk masuk ke Museum di Serawak gak bayar alias gratis, tapi kalo mau foto-foto mesti minta surat ijin dulu. Akhirnya kami ke Museum Serawak minta surat ijin, gak ribet sih. Hanya isi form nama, nomor paspor, dan asal kami (well kami bilang aja dari Pontianak). Petugas adminnya baik kok. Setelah beres semua perijinan foto, kami melanjutkan keliling museum di daerah itu. Ada Islamic Museum, Museum Serawak, Museum Etnologi, Museum Seni, etc. Semuanya dalam satu daerah, deket banget, bisa ditempuh jalan kaki.

Kalo pernah mengunjungi museum-museum di Indonesia pasti Cuma bengong pas mengunjungi museum di Serawak (gak ada apa-apanya). Koleksi Museum di Indonesia (terutama yang ada di Jakarta) jauh lebih banyak, bagus, dan kumplit. Di Serawak sih apapun itu kayanya dipajang. Apalagi Museum Seni Serawak, yang ada kami terbengong-bengong doank. Hah, Cuma segini doank, payah amat. Beneran deh, jauh lebih lengkap koleksi Museum di Indonesia. Tapi untuk kondisi kotanya, Kuching memang lebih bersih dan tertata.

Waktu saat itu sudah pukul 11 (10 di Jakarta), gerah banget padahal cuaca tidak terlalu panas. Ya iyalah, setelah semalaman di jalan dan belum ada yang mandi, gimana gak gerah?? Badan dah kerasa gak enak, pengen mandi, so saatnya mencari penginapan. Kami beneran nekad banget, belum booking satu pun tempat nginep, hayooo…gimana nih??

bersambung….

*photos by Mike (kita mah yang cewek2 pengennya difoto mulu :D).


5 comments:

  1. Kapan ya teh bisa ke Malaysia hiks hiks hiks...

    ReplyDelete
  2. I like your phrase on top!

    One day, one night, one moment. My dreams could be tomorrow. One step, one fall, one falter. East or West, Over earth or by ocean. One way to be my journey. This way could be my Book of Days. (Enya - Book of Days)

    That is very nice!

    ReplyDelete
  3. lagu indo emang lebih topppp......

    itu foto mesjid jadi pengen pergi ke kubah emas yang ada di depok.

    terus gambar museum itu jadi ingin ke gedung sate bandung :)

    hahahah...........
    duhhh yang pecinta museum. kerjanya ke museum terus :) hohoho

    ReplyDelete
  4. enak banget jalan².. liburan.. pengeeeeeen pooll!!

    ReplyDelete
  5. jiahhhh, dan perjalanan pun berlanjut.

    itu mesjidnya warna pink-ya, atau saya yang salah liat ?

    ReplyDelete

Please, leave your comment here. Don't forget to put your name ... Anonymous is not recommended. Thanks :)