Lagi....Keliling Jakarta

Minggu, 26 Oktober 2008. Hari minggu ini akhir bulan dan sebenarnya lebih tepat bagi kami untuk diam saja di kost. Tapi sejak pertengahan minggu, kami berempat (aku, catur, ema, mike) sudah memutuskan bahwa kami akan berkeliling museum di daerah Jakarta Pusat.

8 a.m. The journey began. Dimulai dengan sarapan di warteg langganan, kami naik metromini ke Blok M dan dilanjutkan dengan naik 67 bis ke arah Senen. Eh, baru ngeh kalo hari ini Sudirman-Thamrin lagi Car Free Day. Jadinya gak boleh lewat situ. So, berubah deh rencana perjalanan. Kami turun di Megaria, kemudian jalan kaki menyusuri Jalan Penataran, sampai akhirnya tiba di Monumen Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jl. Pegangsaan Timur), tempat dikumandangkannya Proklamasi 63 tahun yang lalu. Keadaan monumennya sepi, Cuma ada beberapa tenda yang menurut petugas kebersihannya bekas acara semalam. Seperti biasa, narsis kami gak hilang, langsung foto-foto … gak peduli diliatin orang-orang.

Setelah itu perjalanan kami lanjutkan menyusuri Jl. Diponegoro, rencananya akan mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jl. Imam Bonjol. Namun rute perjalanan kami sangat fleksibel. Kami memutuskan belok di Jl. Surabaya, sambil melihat kios-kios barang antik. Terus menyusuri Jl. Surabaya sampai mentok kemudian belok kiri ke Jl. Cilacap, ketemu Jl. Semarang dan Jl. Bandung. Wekekek…aku kok jadi tetanggaan sama Mbak Ema dan Mas Haru ya :D

Di Jl. Cilacap juga kami melewati SD Menteng 03 Pagi (yang kami kira SD-nya Barrack Obama, ternyata bukan :D. Lagian gak penting juga :lol:). Keluar dari Jl. Cilacap kami sampai lagi di Jl. Diponegoro…melewati Jl. Lembang terus berjalan sampai melewati Patung Diponegoro. Wah objek foto lagi donk. Seperti biasa, narsis lagi, padahal tuh patung ada di tengah taman di tengah jalan, jadinya kami diliatin orang-orang di mobil yang sedang berhenti lampu merah. Ah bodo amat, gak kenal kok sama mereka.

Lah ini, kapan sampe ke museum-nya ya? Jadi, perjalanan terus dilanjutkan ke “Museum Perumusan Naskah Proklamasi” (dulunya rumah Laksamana Maeda yang orang Jepang itu). Bayarnya Cuma 750 rupiah per orang. Hari gini coba??? Jadi, kami bertiga Cuma bayar 3 ribu rupiah saja. Kami melihat-lihat keadaan museum, dan kebetulan sedang ada sejumlah rombongan pelajar yang lagi mengunjungi museum. Setelah itu kami ke halaman belakang museum karena kata ibu penjaganya disana ada ruang bawah tanah. Mike turun ke ruang bawah tanah itu, aku penasaran, akhirnya ikut turun juga. Ema dan Catur nunggu di atas. Eh ternyata ruang bawah tanahnya Cuma segitu aja, gak ada apa-apanya.

Kami sempat ngobrol sebentar dengan Ibu penjaga museum, katanya Museum itu berada di bawah Depbudpar langsung (bukan di bawah Disbudpar DKI) along with Museum Sumpah Pemuda dan Museum Kebangkitan Nasional. Kebetulan kami memang berencana ke Museum Sumpah Pemuda, namun baru tahu ada Museum Kebangkitan Nasional. Kalo Museum-museum di daerah Kota itu berada di bawah Disbudpar DKI.

Cabut dari Museum Proklamasi, kami ke Taman Suropati melihat anak-anak orchestra Taman Suropati yang sedang mempersiapkan shooting di TV-One deh kynya. Kemudian kami naik taksi ke Museum Sumpah Pemuda di Kramat Raya. Wah lagi rame tuh Museum karena menjelang peringatan 80 Tahun Sumpah Pemuda.

Sempat beristirahat sebentar dan juga shalat Dzuhur, kami melanjutkan perjalanan naik mikrolet 01 ke Senen. Kemudian jalan kaki ke daerah Kwini mencari Museum Kebangkitan Nasional. Dan ternyata sudah tutup karena sudah jam 2 siang hiks..hiks..hiks… yaa sudahlah, karena memang di tour plan kami sebelumnya tidak ada mengunjungi museum ini, lain kali aja maen lagi kesitu.

Nah sebetulnya dari sinilah perjalanan dimulai. Perjalanan kami teruskan dengan JALAN KAKI di siang hari di tengah cuaca panas terik yang menyinari Jakarta. Menyusuri Jl. Abd. Saleh sampe Kwitang, kemudian jalan lurus terus ketemu Patung Tani. Nikmati aja jalan kakinya, walopun setelah ngomong gitu, eeeh kesandung tuh kaki. Udah kecapean sebenernya…tp the show must go on!!!

Dari situ kami terus jalan kaki menyusuri Medan Merdeka Timur ke arah Gambir. Dari situ masuk ke area monas, Medan Merdeka Selatan, terus jalan kaki sampe ke Museum Gajah di Medan Merdeka Barat. Dan lagi, Museum Gajah-nya sudah tutup, seperti di museum sebelumnya, kami Cuma ngintip aja, dan foto-foto di luar area museum.

Lanjuuuutttttt……….ke arah Medan Merdeka Utara, melewati Istana Negara dan melihat-lihat jejak kaki para Presiden Indonesia dari mulai Soekarno sampe SBY.

Kaki udah gempor banget, tapi masih tetep penasaran ingin ke Ragusa, toko es krim yang katanya sudah ada sejak jaman Belanda dulu, tahun 1932. Eeeh ternyata pelayanan disitu gak ramah.

Dari Ragusa kami balik lagi ke Gambir, istirahat sebentar di sana, sekalian Ashar. Jadi berapa kilometer kami jalan kaki dari Senen trus ke Kwini, Kwitang, keliling Monas dan Medan Merdeka??? Wah entahlah.

Eeh udah jalan ke museum tetep aja berakhir di Mall, karena sebelum ke kost, kami mampir dulu di Plangi hahaha…teuteup…mall-nya gak tertinggal :D. Padahal pas liat ke cermin, baru nyadar kalo wajah kami dah “gosong” banget, hidungnya merah kaya udang rebus karena seharian terkena sinar matahari langsung.

Lain kali, kami juga mau kok ada temen-temen yang lain ikutan tour sama kami, toh seperti PTD-nya BatMus kan…tapi syaratnya harus mau berani cape, berani item (panas banget soalnya), dan tentu saja bisa jalan cepat. Yaa kalo jalannya lambat sih, gak akan sampe-sampe donk hehehe…


Foto-fotonya bisa dilihat disini.



No comments:

Post a Comment

Please, leave your comment here. Don't forget to put your name ... Anonymous is not recommended. Thanks :)